Total Tayangan Halaman

Selasa, 27 Desember 2011

APAKAH AL-QUR'AN QADIM ATAU HADIS ?

  Untuk memahami sifat Kalam ini, sangatlah penting untuk dipahami apakah maksud kalam nafsi dan kalam lafdzi. Karena dua istilah telah menimbulkan fitnah dan cobaan yang cukup dahsyat dalam sejarah Islam. Imam Ahmad bin Hanbal telah menjadi saksi sejarah k arena mempertahankan esensi  hakikat al-Quran .

 Adapun Kalam Nafsi ini ialah Kalam yang tidak berhuruf dan tidak bersuara  dari zat ALLah . Ia Qadim sebagaimana Qadimnya zat itu. Timbul pertanyaan, Jika Kalam nafsi ini tidak berhuruf dan tidak bersuara, bagaimanakah pula ia dikatakan sebagai Kalam? Bukankah Kalam itu adalahk susunan kata-kata? Inilah yang tidak dipahami oleh kebanyakan orang karena mereka tidak memahami istilah2 dalam ilmu kalam. Kalam Nafsi ini diibaratkan sebagai sesuatu yang dipikirkan(fi dzihni) yang akan diucapkan oleh kita manusia. Sebelum kita berbicara tentunya kita akan memikirkan dan menentukan di dalam kotak fikiran . Ketika ini perkara itu masih dalam pemikiran dan penentuan kita, dan belum jadi perkataan maka itulah kalam nafsy, artinya sesuatu itu masih dalam maksud yang umum yang masih dalam pengetahuan kita. 

Kemudian Kalam Nafsi pada zat ALLah Taala itu diciptakan oleh ALLah Taala sebagai huruf. Di dalam huruf-huruf Kalam itulah terkandung segala maksud dan makna ilmu ALLah Taala yang tidak terhingga dalamnya, yang tidak terjangkau oleh akal.  Dan diciptakan pula suatu yang dinamakan Luh Mahfudz yang berarti papan yang terpelihara. Firman ALLah Taala bermaksud “Bahkan ia adalah Quran yang mulia pada papan yang terjaga”. Dan kemudian  ALLah Taala menghantarkan huruf-huruf Kalam itu ke Lauh Mahfudz itu untuk disimpan. Dari Luh Mahfudz itu pula, ALLah Taala memerintahkan Malaikat Israfil mengambil maksud-maksud Kalam itu ke Baitul Izzah yakni suatu tempat yang dinamakan rumah yang mulia. Firman ALLah  bermaksud “Sesungguhnya Kami telah turunkan al-Quran itu pada malam yang berkah”. Dan satu Malaikat yang dinamakan Saprah menjadikan huruf dan  maksud itu sebagai kalimaT untuk diturunkan kepada Nabi Muhammad Sallallahua alaihi wasallam dengan perantaraan Jibril secara beransur-ansur. Firman ALLah Taala bermaksud “Sesungguhnya telah Kami turunkan Quran itu pada malam Qadar”.

Kalam Lafdzi adalah Kalam yang sudah menjadi kalimat dan diturunkan kepada Nabi-Nabi itu bermula dari Malaikat Saprah menjadikan huruf dan maksud Kalam Lafdzi itu menjadi kalimah atau ayat. Itulah yang dinamakan kitab sprti al-Quran, Injil, Taurat dan Zabur. Ia hanyalah lafadz pada bahasa manusia. artinya Kalam Nafsi dibahasa Arabkan adalah al-Quran, Kalam nafsi juga dalam bahasa Ibrani dinamakan Taurat, kalau dlm bahasa Qibti dinamakan Zabur dan dalam bahasa Suryani dinamakan Injil. Penamaan kalam allah itu disesuaikan bahasa setempat,tapi semuanya bermaksud Kalam ALLah Taala.

Permasalahan selanjutnya adalah, apakah kalam allah yang berbentuk mushaf itu qadim? Ahlussunnah Waljaama’ah sepakat mengatakan al-Quran itu Qadim. Haram mengatakan al-Quran itu hadits (baru)  ,Mengapakah dikatakan al-Quran itu Qadim? Sblm saya menjawab to the point, Mungkin akan ada bantahan dari golongan muktazilah mengatakan ia hadits (baru) karena kalam allah sudah menjadi lafdzi, sedangkan kelompok lain seperti asyairah mengatakan, mushaf itu tetap Qadim karena inti al-qur’an itu adalah Kalam Nafsinya sebagaimana Qadimnya zat, titik perbedaannya adalah Asyairah membedakan antara kalam lafdzi dan kalam nafsi,sedangkan muktazilah tidak mengakui perbedaan kalam nafsi dan kalam lafdzi
Qadimnya Kalam ini  dilihat pada hakikatnya. Hakikat Kalam nafsi pada zat ALLah Taala dan lafdzi al-quran adalah sama. artinya nafsi pada zat adalah untuk hakikat sebelum di wujudkan lafdzi al-Quran. Contoh mudahnya ialah sebelum ALLah menyatakan perkataan, hakikatnya sudah ada pada zatNya iaitu nafsi. Maka lafdzi itu adalah pernyataan atau pentajallian nafsi itu. Tapi mushaf itu tidak Qadim karena mushaf adalah sebuah kitab yang terdiri dari kertas yang dijilidkan,

maka sebagai kesimpulan bahwa ayat-ayat allah yang tertulis dan tersusun dalam mushaf itu hadits (baru )karena mushaf itu bisa saja hancur, berubah warna kertasnya atau koyak (bhs malaysia nya hehe). Jadi tidak bisa dikatakan qadim karena ciri-ciri qadim itu tidak berubah,abadi,maka yang kita anggap kalam allam yang qadim adalah kalam nafsinya. Dan terakhir,bahwa  orang yang berkata al-Quran itu makhluk adalah fasik, dan belum sampai pada derajat kafir. Wallahu Musta’an.

#aku menulis permasalahan ini terkhusus buat saudaraku Muhammad Syafii Tampubolon, maka saya terbangun ditengah malam ini untuk sejenak mengukir karya. Semoga bermanfaat.

16 komentar:

  1. cukup mencerahkan, walaupun agak berat bahasanya. hanya saja terlalu singkat dan kurang padat. tapi cukup berani dalam mengambil kesimpulan akhirnya... TERUSKAN BRO...!

    BalasHapus
  2. Salam,

    Al-Quran adalah tidak Qadim. Al-Quran adalah benda baharu, benda yang dijadikan, adalah satu makhluk Allah SWT.

    Allah SWT sendiri yg mengatakan "Kami yang menjadikan kitab Al-Quran" (43:3 & 41:44). Adakah Allah menjadikan dirinya sendiri?

    Allah SWT sendiri yg mengatakan Al-Quran itu bertempat di "Luh Mahfuz" (85:22). Adakah sifat Allah itu bertempat?

    Allah SWT sendiri yg mengatakan Dia yg menjaga Al-Quran (15:9). Adakah Allah SWT perlu menjaga diriNya sendiri?

    Dan byk lagi nusus (dalil dari Al-Quran) yg menjelaskan bahwa Al-Quran itu tdk Qadim, dan adalah makhluq. Marilah bertaubat, dan jgn lagi syirik kepadaNya.

    Wallahu a'lam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa alasan anda mngapa Al-Qur'an itu tidak qadim .... Apakah anda tau artinya Al-Qur'an qadim?
      Ataukah memang anda tidak tau artinya alquran qadim sehingga anda bisa mnyimpulkan al-qura'an adalah tidak qadim ?

      Hapus
    2. Ayat2 alquran itu ketetapan Allah seperti sunatulloh yg berlaku di alam raya. Mengapa memperdebatkan suatu sifat kalau segala apa yg ada di langit dan bumi serta isinya adalah milik dan kerajaan-Nya.

      Hapus
  3. Assalamu'alaikum sobat, Subhanallah sungguh kajian yang menarik dengan paparan yang cukup singkat tapi padat. maaf-maaf kadang orang membaca, melihat dari sudut pandang mana ia membaca dari situ pula ia akan menyimpulkan untuk itu alangkah baiknya jangan buru-buru menyimpulkan karena hakekatnya yang benar dan kebenaran hanya milik ALLAH SWT

    BalasHapus
  4. Subhanllah...
    Sudah jelas jelas orang muktakzila ndak bisa menerima itu

    Ilahi anta maksudi waridoka madlubi
    Aamiin

    BalasHapus
  5. Putar putar ayatnya, walhal kalam nafsi yg muktazilah guna pakai utk bilang alquran itu makhluk, juga kalam nafsi yg diajarkan oleh kiyai kiyai. Mumet kiyai memilih kata agar tidak jadi disebut alquran itu makhluk. Tapi orang menang tidak paham apa apa, cuma pada nyengir!

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Terima kasih,Semoga maklumat ini berguna untuk saya dan kalian semua.

    BalasHapus
  8. Alquran khodim wahyu kemulyaan, tidak ditulis tapi bisa dibaca. Setiap manusia memilikinya, itupun kalo si manusianya sadar.

    BalasHapus
  9. KALAU BEGITU KALIMATULLAH ITU QADIM APA BARU ?

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus